Beranda | Artikel
Renungan #13, Mengerikan Cara Taubat Kaum Nabi Musa
Rabu, 7 Juni 2017

Mau tahu cara taubat yang dilakukan kaum Nabi Musa? Kita pasti berat menjalaninya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Rabb yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Rabb yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 54)

 

Faedah yang bisa diambil dari ayat di atas:

  • Berbuat syirik pada Allah dengan menjadikan sesembahan selain Allah adalah sejelek-jeleknya kezaliman atau kezaliman yang paling parah.
  • Kita diperintahkan untuk bertaubat dari segala macam dosa dengan segera.
  • Hendaklah bersikap lemah lembut ketika berdakwah. Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam memanggil kaumnya dengan panggilan, “Wahai kaumku …”.
  • Ketika kita mengingatkan suatu penyakit, hendaklah diingatkan pula obatnya. Di sini, Allah ingatkan tentang penyakit karena telah menzalimi diri sendiri, maka disebutkan penawarnya dengan taubat.
  • Orang yang berbuat syirik adalah orang yang bodoh karena patung yang mereka buat sendiri, mereka sembah sendiri. Padahal patung tersebut tidak punya kemampuan dalam rububiyah apa pun (tidak bisa mencipta, sampai pada mengabulkan doa).
  • Taubatnya Bani Israil sungguh berat di mana mereka harus membunuh diri mereka dengan cara membunuh satu sama lain. Dalam tafsiran ulama lainnya disebutkan bahwa orang yang tidak menyembah pedet (anak sapi) akan membunuh orang yang menyembah anak sapi. Sedangkan taubatnya umat Muhammad dengan memenuhi syarat: (1) ikhlas dalam taubat, (2) menyesal, (3) berhenti dari maksiat, (4) bertekad tidak mengulangi maksiat tersebut di masa akan datang, (5) bertaubat di waktu diterimanya taubat yaitu sebelum matahari terbit dari arah tenggelamnya dan sebelum nyawa sampai di kerongkongan.
  • Sesama mukmin adalah bersaudara, bagaikan satu badan. Makanya disebut dalam ayat, cara taubat dengan cara membunuh satu dan lainnya disebut sebagai membunuh diri sendiri.
  • Berhenti dari dosa itu lebih baik dari seseorang terus menerus dalam dosa.
  • Allah menerima taubat jika hamba jujur dalam taubatnya, apa pun dosa yang diperbuat.
  • Allah memiliki nama At-Tawwab dan Ar-Rahim, yaitu Allah banyak menerima taubat hambanya dan Allah memberikan kasih sayang yang umum pada setiap makhluk, serta kasih sayang yang khusus pada orang beriman.
  • Al-Baari dalam ayat berarti Sang Maha Pencipta yaitu Allah. Disebutkan kata Al-Baari di sini untuk menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan mereka dan telah memberikan nikmat yang banyak, kenapa sampai mereka berbuat syirik pada Allah.
  • Allah begitu menyayangi umat Muhammad, cara taubat yang dilakukan bukanlah dengan cara bunuh satu sama lain, namun dengan cara taubatan nasuha.
  • Taubat yang tulis berarti harus menjalankan konsekuensi dari taubat, yaitu menyesal, kembali taat dan tidak mengulangi dosa tersebut lagi di masa akan datang.

 

Kisah Taubat Kaum Nabi Musa ‘alaihis salam

 

Kisah taubatnya kaum Nabi Musa ‘alaihis salam disebutkan dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (1: 396), ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menceritakan, ketika Musa ‘alaihis salam kembali kepada kaumnya, di antara mereka ada tujuh puluh orang yang beruzlah (mengasingkan diri) bersama Harun dan tidak menyembah anak lembu, maka Musa berkata kepada mereka (kaumnya), “Berangkatlah menuju janji Rabb kalian.” Lalu mereka pun berkata, “Hai Musa, apakah kami masih bisa bertaubat?” Musa menjawab, “Masih.” Allah perintahkan,

فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Rabb yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Maka mereka pun melepaskan pedang dari sarungnya, dan mengeluarkan alat-alat potong, juga pisau-pisau. Lalu Allah pun mengirim kabut kepada mereka, lalu mereka saling mencari-cari dengan tangannya masing-masing, lalu saling membunuh. Ada seseorang yang berhadapan dengan bapaknya atau saudaranya, lalu membunuhnya sedangkan ia dalam keadaan tidak mengetahuinya. Pada saat itu mereka saling berseru, “Semoga Allah memberikan rahmat kepada hamba yang bersabar atas dirinya sampai ia mendapatkan ridha-Nya. Akhirnya mereka yang terbunuh gugur sebagai syuhada’, sedangkan orang-orang yang masih hidup diterima taubatnya. Kemudian dibacakanlah firman Allah,

فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”  (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, 945, dengan sanad yang shahih)

Semoga faedah ayat ini bermanfaat. Semoga semakin semangat untuk merenungkan Al-Qur’an.

 

Referensi:

Ahkam Al-Qur’an Al-Karim. Cetakan pertama, tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madar Al-Wathan Al-Islami.

Tafsir Az-Zahrawain (Al-Baqarah wa Ali ‘Imran). Cetakan pertama, tahun 1437 H. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. Penerbit Al-‘Ubaikan.

Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Abu Ishaq Al-Huwaini. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Disusun @ Perpus DS, Panggang, Gunungkidul, Malam Rabu, 12 Ramadhan 1438 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/15939-renungan-13-mengerikan-cara-taubat-kaum-nabi-musa.html